ENTEROBIOSIS
Nama cacing ini di indonesia adalah
cacing keremi atau cacing peniti (pinworn). Cacing ini tersebar luas di seluruh
dunia, baik di daerah tropis dan subtropis. Di daerah dingin lebih banyak
dijumpai, karena orang jarang mandi dan tidak sering berganti pakaian dalam. Cacing
dewasa berwarna putih, ukuran kecil, dengan leher yang melebar seperti sayap
(disebut cervical alae), karena adanya penyebaran kutikula. Cacing betina
ukuran panjangnya sekitar 13 mm, sedangkan cacing jantan berukuran 5 mm. Ada 3
cara penularan enterobiosis itu sendiri yaitu:
1. Melalui mulut: saat tangan memegang
benda yang tercemar telur dan mulai memasukan kedalam mulut.
2. Penularan melalui pernafasan yaitu
telur infektif yang bertebangan di udara lalu terhirup.
3. Penularan secara retrofeksi adalah
penularan yang terjadi akibat larva cacing yang menetas di daerah perianal
masuk kembali ke dalam usus penderita, dan berkembang menjadi cacing dewasa.
Cacing dewasa jarang menimbulkan kerusakan pada sel jaringan
pada tubuh akan tetapi cacing ini juga dapat menumbulkan gatal-gatal, dan bila
digaruk dapat menimbulkan infeksi sekunder. Sebagai pencegahan dapat menjaga
kebersihan perorangan dan lingkungan, terutama di lingkungan kamar tidur dan
mengusahakan sinar matahari masuk secara langsung, akan mengurangi perkembangannya. Selain pencegahan
dapat melakukan pemberian obat berupa mebendazol, pirantel pamoat, porvinium
pamamoat dan piperazin sitrat.
Comments
Post a Comment